Kompas,
Jayapura SENIN – Pembentukan Parlemen Internasional untuk Papua Barat di London, Inggris, 15 Oktober lalu meningkatkan suhu politik di Papua. Isu-isu demonstrasi berbau politik yang menyuarakan tuntutan referendum dan lepas dari NKRI kembali bergelora di Papua.
Namun, demonstrasi Panitia Nasional Papua Barat yang rencanya digelar, Senin (20/10) di Taman Imbi Jayapura, depan Kantor DPRP, batal digelar. Ini karena kepolisian yang telah berjaga-jaga di kawasan itu menangkapi para aktivisnya. Polisi berdalih demonstrasi yang mendukung pembentukan Parlemen Internasional untuk Papua Barat itu mengganggu keamanan dan ketertiban umum.
Belasan aktivis yang ditangkap itu antara lain Koordinator demo Buchtar Tabuni, Victor F Yemo, Nake Logo, Lisa Sani, Sonny Suhu, Makeminik, Haliek Hano, Noni Ena, Namene Elopere, Edison Payage, Marthen Windey.
Mereka dibawa Kepala Satuan Reserse Kriminal, Ajun Komisaris Takamuly ke ruang pemeriksaan Polresta Jayapura untuk menjalani penyidikan. Setelah itu, Buchtar dilepaskan untuk menjalani pemeriksaan kepolisian sebagai saksi dalam kasus makar di Polda Papua.
Sementara itu, kondisi sekitar wilayah Kampus, Abepura, menurut Kepala Polsek Abepura, Ajun Komisaris Dominggus Rumaropen mengatakan wilayahnya masih aman. Sejak pagi hari, polisi bersama satuan Batalyon Infanteri 751 Jayapura menjaga sekitar kampus Universitas Cenderawasih.
Senjata tajam
Mengantisipasi memanasnya suhu politik Papua di Manokwari, Polres Manokwari menggiatkan razia senjata tajam dan benda terlarang di jalan-jalan menuju luar kota. Saat merazia di Jalan Wosi, depan Toko Happy Mart, 75 polisi disiagakan untuk menghentikan laju kendaraan beroda empat atau lebih dari dua arah.
Polisi menemukan puluhan senjata tajam berupa parang dan kapak yang sebagian besar didapatkan dari penumpang angkutan sayur dari pedalaman. Polisi juga menyita sebuah tas penjalin bergambar lambang separatis bintang kejora yang digunakan untuk mengantongi sebotol minuman keras.
Kepala Bagian Operasi Polres Manokwari, Ajun Komisaris Fahmi Dewantara mengatakan tujuan utama dalam operasi ini adalah senjata tajam, benda atau lambang organisasi terlarang, dan kendaraan tanpa surat-surat. Ditanya apakah razia berkaitan dengan maraknya isu demo dukungan pembentukan Parlemen Internasional untuk Papua Barat, Fahmi enggan menjawab.
”Kami menjalankan perintah pimpinan untuk menjaga serta memelihara keamanan dan ketertiban di Manokwari,” ujarnya.
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here