Pdt.Socratez, Menulis untuk Bangkitkan Identitas Bangsa Papua
Bincang-Bincang dengan Socratez S Yoman Tentang Buku-Buku yang Sering Menuai Kontraversi
Bagi orang Papua, nama Pdt Socratez S Yoman, sudah tidak asing
lagi. Pendeta yang kini memilih tinggal di sebuah rumah yang agak
sedikit jauh dari pemukiman penduduk, masih terus aktif menulis buku.
Berikut bincang-bincang Bintang Papua dengannya.
Laporan Ahmad Jainuri-Bintang Papua
|
Pdt. Socratez Sofyan Yoman |
Persoalan Bangsa Papua, menurutnya sudah lama dibuat lumpuh, bisu dan
takut dengan suatu sistem pemerintahan Negara yang kejam dan tidak
manusiawi.
Hal itulah yang menjadi dasar hingga ia aktif menuliskan
buku-buku yang tak jarang menuai kontraversi, dan sebagian bukunya
pernah dilarang beredar di Indonesia.
Diceritakan bahwa ada satu tokoh yang menjadi inspirator utama. “Saya
terinspirasi dari Arnold Ap, seorang Budayawan Papua yang dibunuh di
base G tahun 1984 oleh Kopasanda sekarang ini Kopassus dan lagu yang
berjudul mambesak,” kisahnya saat Bintang Papua berkunjung ke rumahnya
di Itha Wakhu Purom, Padang Bulan, Distrik Heeram, Kota Jayapura, Rabu
(3/10).
Dengan lagu-lagunya yang mengungkapkan tentang identitas
orang Papua, menurutnya Arnold Ap, lirik lagunya dapat membangkitkan
identitas Bangsa Papua dan menghidupkan kembali kehidupan bangsa Papua.
“Dia kasih tahu bahwa you punya bahasa, you punya budaya, dia kasih tahu lewat lagu-lagunya,” ungkapnya lagi.
Walaupun Arnold Ap dibunuh, menurutnya namanya tetap hidup bersama rakyat dan bangsa Papua. “Saya
berpikir, saya tidak mungkin menyanyi, tetapi Allah kasih talenta lain,
yaitu menulis. Menulis itu bagi saya sangat mudah. Saya Mengucap syukur
kepada Allah yang telah memberi saya talenta itu,” lanjutnya.
Dukungan
istri dan dua anaknya serta umat yang tergabung dalam Persekutuan
Gereja-Gereja Babtis Papua, sangat berarti buatnya hingga bisa
menghasilkan karya-karya yang dapat dikatakan telah mendunia.
Tulisan-tulisannya, dibuat sebagai sarana membangun kesadaran bangsa.
“Kembalikan identitas mereka yang sesunguhnya,” tandasnya.
Lewat
karya tulisnya, sebagai salah satu sarana untuk menyadarkan bangsa
Papua dan untuk mengembalikan identitas orang Papua yang sesungguhnya,
yang selama ini kebenaran tersebut dikuburkan oleh Bangsa Indonesia. “Ini sesungguhnya khotbah saya,” ujarnya.
Kalau pendeta-pendeta lain kotbah di atas mimbar, ia lebih memilih berkotbah dengan karya tulis.
“Entah
masyarakat mau terima dan tidak terima itu soal kedua. Selagi saya
masih hidup, saya menulis dan menulis menyuarakan suara kenabian itu,”
tegasnya lagi.
Ia mau berusaha untuk benar-benar meyakinkan bangsa Papua, bahwa kamu adalah bangsa yang punya identitas.
“Saya juga mau kasih tahu rakyat Papua ini, bahwa kamu adalah pemilik sah tanah dan bangsa Papua ini,” lanjutnya lagi.
Juga mau kasih tahu, kepada bangsa Papua dan bangsa-bangsa lain bahwa selama ini telah salah menilai orang Papua.
“Saya
masu kasih tahu orang-orang pendatang di tanah Papua, bahwa kau salah
dikasih tahu oleh negaramu tentang orang Papua,” ungkapnya masih dengan
nada tegas.
Buku-bukunya, dikatakan bahwa telah ada di Perpustakaan Kongres Amerika.
“Dari
perpustakaan Kongres Amerika, mereka minta buku-buku saya, dua tahun
lalu. Mereka minta dan saya kirim secara resmi,” ungkapnya.
Bahkan,
buku yang telah selesai proses editing, dan masih menunggu proses lay
out untuk pencetakan, telah mendapat dukungan banyak tokoh, baik lokal,
nasional, dan internasional.
“Saya sudah mendapat endorsement
(persetujuan atau dukungan) dari sejumlah tokoh di dalam dan luar
negeri. Seperti Pieter Grooglever (penulis buku berjudul Tindakan
Pilihan Bebas, Orang papua dan Penentuan Nasib Sendiri, yang menyatakan
‘Bacalah buku Pendeta Yoman ini : Suara sedih yang kita tidak boleh
lewatkan begitu saja’
Buku tersebut adalah dengan judul ‘Suara Gembala Menentang Kejahatan Kemanusiaan di Tanah Papua’.
Buku tersebut, menurutnya juga sudah ada pihak lain yang bersedia mendanai untuk diterjemahkan ke dalam bahasa inggris.
Bahkan ia juga sedang menyelesaikan dua buku lain yang akan menyusul berikutnya.**
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here