Jayapura,- Federasi Mahasiswa Militan Papua (FMMP) menilai situasi
politik dan pelanggaran HAM di Papua, penuh dengan nuansa politik dan
kepentingan berbagai kelompok yang memanfaatkan Papua demi pribadi dan
jabatannya.
Ketua FMPP Thomas Syufi didampingi Sekjen FMMP M Busup dalam
keterangan persnya, pekan kemarin di Prima Garden Abepura, mengatakan
bahwa serangkaian aksi dan terror serta pelanggaran HAM yang terjadi di
Papua adalah bagian dari rekayasa pemerintah Indonesia untuk
mendiskreditkan orang asli Papua.
“Situasi seperti ini sudah terjadi sejak Papua Barat berintegrasi ke
dalam NKRI dan sejarah membuktikan bahwa Papua barat masih bagian dari
pemerintah kerajaan Belanda yang berkedudukan Batavia. Papua bukan
termasuk Hindia Belanda tapi murni pemberian Kerajaan Belanda sehingga
proses pencaplokan Papua Barat ke dalam NKRI masih bermasalah sampai
saat ini,’’ Tegasnya.
Pada tanggal 13 Agustus 1965 dalam perubahan UU Belanda bahwa Tanah
Papua resmi menjadi bagian daru Kerajaan Belanda berdasarkan pidato
Presiden RI dihadapan BPUPKI tanggal 1 Juli 1945 bahwa wilayah NKRI
meliputi dari Sabang sampai Ambon. Oleh karena itu pihaknya meminta
kepada Pemerintah RI agar segera mengakui kemerdekaan Papua Barat pada
tanggal 1 Juli 1969.
Hal ini yang terus memicu terjadinya konflik di tanah Papua karena
ideology orang Papua bukan karena lapar dan badan telanjang tapi
ideoligi Papua adalah merdeka dan ingin isamakan dengan Negara-negara
lainnya di dunia. Bahwa kemerdekaan Papua sudah memenuhi syarat sebgai
Negara Merdeka.
FMMP juga meminta kepada Pemerintah RI untuk segera membebaskan
tapol/napol Papua dan memberikan ruang demokrasi kepada pers dan LSM
asing untuk masuk wilayah Papua untuk segera mengungkap berbagai kasus
pelanggaran HAM di Papua.
Kemudian dalam pertanyataan sikap FMMP yang dibacakan oleh Thomas
Syufi terungkap bahwa peristiwa yang terjadi di Papua selama ini adalah
penuh dengan nuansa politikdan kepentingan berbagai kelompok yang
memanfaatkan Papua demi pribadi dan jabatannya.
Masalah Papua bukan masalah kesejahteraan dan pembangunan tapi kami
minta pengakuan terhadap Papua sebagai sebuah Negara Merdeka. Kami minta
kepada pihak legislative dan eksekutif yang ada di Papua agar bisa
melihat permasalahan yang terjadi di Papua sesuai dengan kondisi real
yang terjadi dan harus sesuai dengan hukum yang berlaku.
FMMP juga minta kepada seluruh rakyat Papua agar tidak takut dan kita
harus bersatu untuk melawan ketidakadilan yang terjadi selama ini di
Tanah Papua.
Laporan: Alfius (Papua Post)
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here