JUBI --- Kapolsek Sentani Barat, Kabupaten Jayapura mengatakan, TNI dan Polri yang bertugas di Papua harus tahu Kultur Budaya dan Sejarah Politik Papua. Hal ini penting karena sebagian besar pelanggaran HAM di Papua terjadi karena isu politik.
Menurut Karlos Roy Sawaki, Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, pendekatan dengan penuh kasih, terhadap warga sipil asli Papua, tidak akan menimbulkan disintegrasi bangsa.
"Jangan kita menganggap diri kuat, pakai senjata, lalu kita bertindak sewenang-wenang terhadap pendemo yang menyampaikan aspirasinya atau warga sipil yang tidak tahu apa-apa. Ini bahaya karena akan menimbulkan pelanggaran HAM berat dan kita akan disoroti oleh dunia Internasional," kata Sawaki.
Pernyataan tersebut disampaikan Sawaki usai menghadiri upacara gelar personil Pasukan Penjaga Tanah Papua di lapangan Sambron, Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Jumat (3/9).
Dari data kasus yang ditemukan LIPI selama tiga tahun dengan isu-isu konflik dan resolusi konflik Papua, terdapat 150 kasus kematian warga sipil di Papua.
Di pertengahan tahun kemarin, Isak Psakor, warga kampung Kibay, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, Papua, tertembak. Psakor ditembak prajurit TNI yang sedang berpatroli menjaga wilayah tapal batas RI dengan PNG pada Senin (22/6/2009). Akibat penembakan tersebut, Isak Psakor menjalani perawatan intensif di RSU Dok II, Jayapura.
Warga sipil lain yang juga diberondong peluru polisi adalah, Melkias Agapa (38). Agapa ditembak disekitar kediamannya di Perumahan KPR Malompo Siriwini, Nabire. Saksi mata di tempat kejadian perkara (TKP) menceritakan, sebelum korban di tembak, terlebih dahulu diikat dan digantung oleh 4 oknum aparat dari Polres Nabire.
Setidaknya 4 peluru tajam dari senjata AK-16 langsung bersarang di tubuh Melkias Agapa. Sesaat setelah korban jatuh tersungkur, sontak warga yang berada dikawasan itu memenuhi TKP. Mereka menilai tindakan biadab tersebut telah melebihi batas perikemanusiaan. Jenazah Melkias Agapa kemudian digotong warga menuju Mapolres Nabire.
Dalam testimony keluarga korban yang dirilis oleh PBHI di Jakarta, melalui siaran pers NO.002/SP/PBHI/VI/2009 menyebutkan, keluarga korban sangat kecewa atas kejadian ini. (Marten Ruma)
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here