Jakarta - Indonesia telah menjadi anggota The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sejak organisasi tersebut berdiri, bahkan yang turut mendirikan organisasi kawasan ini. Keanggotaan Indonesia di ASEAN dinilai memiliki relevansi yang berbeda dari waktu ke waktu. Kini ASEAN lebih digunakan Indonesia sebagai instrumen politik luar negerinya yang bebas aktif.
"Relevansi ASEAN bagi Indonesia dulu dan sekarang itu berbeda. Sebelum era reformasi kita menggunakan ASEAN sebagai 'tameng' atas perilaku kita. Kita bunuh orang di Papua, kita bunuh orang di Aceh dan sebagainya," papar peneliti CSIS, Rizal Sukma, dalam diskusi bertajuk 'Kepemimpinan Indonesia di ASEAN 2011: Peluang dan Tantangan' di Rumah PAN, Jl Warung Jati Barat Raya, Jakarta Selatan, Kamis (10/03/11).
Menurut Rizal atas 'perilaku' buruk di masa lalu itu, Indonesia menggunakan ASEAN untuk berlindung dari kecaman internasional. Namun, hal tersebut, mulai berubah selepas reformasi. Kini Indonesia tidak lagi menggunakan ASEAN sebagai 'tameng'. Indonesia lebih membutuhkan ASEAN sebagai instrumen politik luar negeri.
"Analoginya seperti menjaga agar rumah dan RW (Rukun Warga) aman, agar ketika ditinggal kita tidak takut kecolongan," ujar tokoh yang termasuk dalam 100 Global Thinkers versi majalah Foreign Policy ini.
Rizal mengandaikan jika RW, dalam hal ini ASEAN, sudah aman maka Indonesia dapat percaya diri dalam memainkan politik luar negeri yang bebas aktif di level internasional.
"Adanya ASEAN akan menambah bobot yang bagi Indonesia ketika bermain di kancah level yang lebih tinggi. Indonesia akan lebih leluasa memainkan politik luar negerinya yang bebas aktif," ujar peraih gelar doktor dari London School of Economics and Political Science (LSE) ini.
Indonesia, pada tahun 2011 ini tengah menjadi Ketua ASEAN. Indonesia mendapat tantangan untuk mengawal agenda-agenda ASEAN seperti mewujudkan komunitas ASEAN 2015 berupa komunitas politik dan keamanan, komunitas ekonomi dan komunitas sosial budaya. Masalahnya, ASEAN memiliki masalah yang kompleks.
"Permasalahan ASEAN sangat kompleks. Negara-negara anggotanya sangat beragam. Dari yang monarki seperti Brunei Darusaalam, junta militer seperti di Myanmar serta yang messy democracy seperti Indonesia. Ini suatu tantangan tersendiri," imbuh Rizal.
Sober detiknews
𝐈𝐦𝐩𝐞𝐫𝐢𝐚𝐥 𝐚𝐠𝐠𝐫𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧𝐬𝐭 𝐈𝐫𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐝
𝐢𝐦𝐩𝐞𝐫𝐢𝐚𝐥 𝐝𝐞𝐜𝐞𝐩𝐭𝐢𝐯𝐞 𝐬𝐭𝐚𝐭𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐬
-
--Nasir Khan,
BBC News, 'Sir Keir Starmer has warned of a "risk of escalation" to the
Middle East and beyond the region, as he calls for a return to the...
16 hours ago
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here