08 Febaruay 2002, InfoPapua.com
Jayapura, Ancaman demo oleh masyarakat Pegunungan Tengah seperti yang diungkapkan Dan Satgas Papua Pegunungan Tengah, 77 Jimmi Togodli, mendapat tanggapan Tokoh Intelektual Jayawijaya Socrates Sofyan Yoman. Menurut Sofyan, demo adalah suatu alat perjuangan untuk menyampaikan pendapat, koreksi kepada pihak penguasa. Dan itu wajar dalam proses demokrasi saat ini. Namun demo dan menaikkan bendera, bukanlah merupakan solusinya."Sebab itu saya menyarankan kepada masyarakat Jayawijaya tidak terpengaruh dengan berbagai isu yang bersifat provokatif dan yang tidak bersifat edukatif," ujar Sofyan Yoman kepada Cenderawasih Pos.Pernyataan Yoman ini terkait ancaman demo menyangkut kasus Theys oleh masyarakat Pegunungan Tengah seperti diungkapkan Dan Satgas Papua Pegunungan Tengah, 77 Jimmi Togodli (Cepos 7/2).Yoman juga tak setuju dengan ancaman demo maupuan pengibaran bendera Bintang Kejora dan bendera PBB. Hal ini tidak menyelesaikan substansi masalah Papua, tetapi akan memperbesar persoalan dengan mengorbankan rakyat kecil."Bendera Bintang Fajar (Kejora) adalah pencerminan jiwa, martabat dan harga diri orang Papua. Jangan dijadikan seperti layang-layang namun biarkan dia berkibar dan terpatri dalam hati dan pikiran orang Papua. Dan akan berkibar pada waktunya dan untuk selama-lamanya di tanah ini," imbuh Yoman.Mengenai rencana pengibaran bendera PBB, menurut Yoman, hal itu hanya membuang-buang tenaga dan pikiran serta waktu. Sebab tidak ada pengaruhnya terhadap posisi anggota PBB. "Saya sudah berada di dalam PBB semala 2 bulan (Maret dan April 2000) dan saya mempelajari dan mengikuti dinamika dan jalur-jalur perjuangan untuk menentukan nasib sendiri. Namun masuk Surga lebih gampang ketimbang masuk PBB," tuturnya.Karena itu bagi Yoman, perjuangan penentuan nasib sendiri orang Papua yang paling terhormat, simpatik, bermoral adalah dialog dan diplomasi dengan memahami akar permasalahan secara utuh dan komprehensif. Sehingga ia berharap, berjuang dengan proses yang wajar, alami untuk mencapai tujuan yang kita cita-citakan. Cara ancam-mengancam tidak relevan dalam era teknologi dewasa ini. "Jangan menipu orang-orang tua dan adik-adik saya di kampung. Kita harus berjuang pelan, tapi pasti melalui jalur-jalur yang diakui dunia internasional," ujar Sofyan. (wil-cepos)
Jayapura, Ancaman demo oleh masyarakat Pegunungan Tengah seperti yang diungkapkan Dan Satgas Papua Pegunungan Tengah, 77 Jimmi Togodli, mendapat tanggapan Tokoh Intelektual Jayawijaya Socrates Sofyan Yoman. Menurut Sofyan, demo adalah suatu alat perjuangan untuk menyampaikan pendapat, koreksi kepada pihak penguasa. Dan itu wajar dalam proses demokrasi saat ini. Namun demo dan menaikkan bendera, bukanlah merupakan solusinya."Sebab itu saya menyarankan kepada masyarakat Jayawijaya tidak terpengaruh dengan berbagai isu yang bersifat provokatif dan yang tidak bersifat edukatif," ujar Sofyan Yoman kepada Cenderawasih Pos.Pernyataan Yoman ini terkait ancaman demo menyangkut kasus Theys oleh masyarakat Pegunungan Tengah seperti diungkapkan Dan Satgas Papua Pegunungan Tengah, 77 Jimmi Togodli (Cepos 7/2).Yoman juga tak setuju dengan ancaman demo maupuan pengibaran bendera Bintang Kejora dan bendera PBB. Hal ini tidak menyelesaikan substansi masalah Papua, tetapi akan memperbesar persoalan dengan mengorbankan rakyat kecil."Bendera Bintang Fajar (Kejora) adalah pencerminan jiwa, martabat dan harga diri orang Papua. Jangan dijadikan seperti layang-layang namun biarkan dia berkibar dan terpatri dalam hati dan pikiran orang Papua. Dan akan berkibar pada waktunya dan untuk selama-lamanya di tanah ini," imbuh Yoman.Mengenai rencana pengibaran bendera PBB, menurut Yoman, hal itu hanya membuang-buang tenaga dan pikiran serta waktu. Sebab tidak ada pengaruhnya terhadap posisi anggota PBB. "Saya sudah berada di dalam PBB semala 2 bulan (Maret dan April 2000) dan saya mempelajari dan mengikuti dinamika dan jalur-jalur perjuangan untuk menentukan nasib sendiri. Namun masuk Surga lebih gampang ketimbang masuk PBB," tuturnya.Karena itu bagi Yoman, perjuangan penentuan nasib sendiri orang Papua yang paling terhormat, simpatik, bermoral adalah dialog dan diplomasi dengan memahami akar permasalahan secara utuh dan komprehensif. Sehingga ia berharap, berjuang dengan proses yang wajar, alami untuk mencapai tujuan yang kita cita-citakan. Cara ancam-mengancam tidak relevan dalam era teknologi dewasa ini. "Jangan menipu orang-orang tua dan adik-adik saya di kampung. Kita harus berjuang pelan, tapi pasti melalui jalur-jalur yang diakui dunia internasional," ujar Sofyan. (wil-cepos)
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here