Saban hari orang bicara dan teriakkan Otsus Gagal, ada korupsi di dalam penggunaan dana Otsus, belum ada perangkat yang mengatur bagaimana mekanisme penggunaan dan pertanggung jawaban dana Otsus, yang semuanya bermuara pada satu keinginan dan semangat idealisme yang kuat yakni aspirasi Merdeka, bahkan tanpa sungkan – sungkan MRP menyerukan wacana baru Papua sebagai negara federal karena Otsus dinilai gagal dan tidak mampu mengangkat derajat orang Papua.
Pertanyaannya apakah para pengambil kebijakan tidak mengetahui segala macam aspirasi yang diteriakkan oleh banyak elemen di luar lingkaran kekuasaan, ataukah, benar – benar para penguasa kita terjebak pada demokrasi tuli yang amat kronis, sehingga seruan bahkan sampai teriakan tidak ada satupun langkah – langkah kongkrit untuk keluar dari lingkaran masalah yang melingkupi Papua. SUMBER
Tumpukan masalah itu begitu menggunung di depan mata, namun tidak ada satupun langkah – langkah kongkrit dari para pengambil kebijakan baik eksekutif maupun legislatif untuk meredefinisikan tumpukan masalah tersebut menjadi pecahan – pecahan kecil dan mulai mereka menuntaskannya satu persatu.
Masalah mekanisme perekrutan MRP yang sudah habis masa tugasnya, masalah 11 kursi, masalah penghapusan pasal tentang pemilihan Gubernur oleh DPRP yang saat ini siap – siap di MK-kan oleh legislatif.
Di tingkat bawah, masyarakat Papua seakan – akan disibukkan dengan pola – pola adu domba model lama antara LSM, gerakan sipil idealis, dan gereja dengan aparat baik TNI, maupun Polri, melalui stigma dan jualan kekerasan yang kita tahu ujung – ujungnya semua kasus tersebut akan di peti eskan, andaikan terungkap hanyalah kroco – kroconya saja sedangkan aktor intelektual dari sebuah aksi – aksi yang berbau “by desaign” itu akan tetap melenggang menari diatas penderitaan rakyat Papua dan gencarnya isu yang menjadi makanan empuk penikmat media.
Rakyat sibuk dengan gerakan yang dilabeli separatisme oleh aparat, pemerintah sibuk dengan bagi – bagi proyek, dan anggota DPRD sibuk dengan agenda – agenda politik untuk memperpanjang taring kekuasaan mereka, lantas sampai kapan masalah – masalah yang ada dituntaskan.
Kita terlalu banyak dicekoki rangkaian seminar, penelitian, dan kajian mendalam baik ilmiah maupun pinggir jalan yang berujung pada identifikasi sejumlah masalah yang melingkupi rakyat Papua dan Tanah Papua yang kaya, namun mengapa sampai hari ini menjelang akhir masa jabatan para penguasa kita, yang sudah pasti dalam waktu dekat ini disibukkan lagi dengan urusan perebutan kekuasaan, masalah yang mendasar dan dihadapi oleh rakyat Papua belum juga dituntaskan.
Gejala apa sebenarnya ini ? apakah ini semua merupakan trik dan taktik penguasa untuk menyedot energi dan pikiran rakyat sehingga mereka dengan leluasa menumpuk dan memperbanyak pundi – pundi kekayaan mereka, sambil tetap bertampang bak malaikat lewat bantuan ala kadarnya kepada rakyat ?
Awas !!! Sebuah agenda melanggengkan kekuasaan dan menjadikan Papua sebagai lahan dan sapi perahan tengah dijalankan oleh tangan – tangan tak terlihat, atau jangan sampai kita sendiri adalah tangan – tangan itu tanpa kita pernah menyadarinya. (Binpa)
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here