Tobias bagubau (Foto Jubi) |
Jayapura
(26/6)---Masyarakat adat yang mendiami sekitar Kali Degeuwo, Kabupaten
Paniai mendesak pengusaha emas untuk mengosongkan wilayah itu dan
meminta TNI, Polri, dan Pemda Papua menegakkan hukum. Masyarakat adat
melihat, negara membiarkan kekerasan dan melindungi kepentingan
kapitalis di
ladang emas itu.
ladang emas itu.
Ketua Lembaga Pengembangan Masyarakat Adat Suku Walani, Mee, dan Moni (LPMA SWAMEMO), Thobias Bagubau, kepada tabloidjubi.comdi Waena, Kota Jayapura, Selasa (26/6) siang, mengatakan, pihaknya sudah berupaya, paling tidak untuk menemukan solusi yang tepat.
"Kami sudah mengundang tiga kali pihak masyarakat, pengusaha, dan Pemda. Tapi belum ada titik temu. Masyrakat terus menyuarakan, itu ditutup. Mengapa sudah ada instruksi gubernur, sudah ada SK Bupati, dan Kapolres Nabire tetapi tidak pernah dihiraukan. Ada pembiaran, sehingga sejauh mana penegakan
hukum di sana?" kata Thobias dengan nada tanya.
Ia mengatakan, akibat dibukanya tambang, penyakit HIV-AIDS meningkat luas di masyarakat. Terjadi pula beberapa insiden penembakan yang menewaskan warga serta tingginya perusakan lingkungan tak terkendali. Dalam catatan LPMA SWAMEMO menyebutkan, tahun 2006, di Baya Biru danLokasi 99 Ndeotali, ada indikasi meracuni warga dengan minuman keras yang mengakibatkan enam warga Papua meninggal. Tahun 2009, di Lokasi 81, terjadi pencaplokan tanah, bentrokan antara warga yang bernama Damnianus Topaa dengan oknum polisi.
Selanjutnya, 16 Juli 2009, salah seorang warga yang bernama, Sefanya Anoka ditembak oknum polisi. Insiden ini sebagai buntut dari adanya tuntutan masyarakat adat atas tanahnya kepada salah satu pengusaha atas nama Hj.O. Medio Juni 2011, salah satu oknum bernama A, dibekuk aparat karena diduga mengedar narkoba jenis sabu-sabu.
Sementara itu, 15 Mei 2012, di Lokasi 45, penembakan warga terjadi di Kampung Nomowadide, Distrik Bogobaida, Kabupaten Paniai. Insiden itu menewaskan Malianus Kegepe, tertembak di bagian dada. Tiga terluka, diantaranya Lukas Kegepe tertembak bagian perut, Amos Kegepe luka tembak bagian kaki, dan Alpius Kegepe terkena di lengan kanan.
Thobias mengatakan, sebaiknya lokasi penambangan liar tersebut dikosongkan, untuk menghindari kekerasan lebih lanjut. "Hentikan penambangan liar di Degeuwo, bupati Nabire hentikan penerbangan helikopter ke wilayah sepanjang sungai Degeuwo," tegasnya.
Saat bersamaan, Hendrikus Wermasubun, dari Divisi Informasi dan Dokumentasi Kontras Papua mengatakan, di wilayah itu, ada indikasi terjadi pembiaran oleh negara. Negara membiarkan kekerasan terjadi di wilayah itu, pada hal ada instruksi gubernur, dan SK bupati. (Jubi/Timo Marten)
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here