The Fellowship of Baptist Churches of Papua
Jl. Jeruk Nipis Kotaraja, PO Box 1212 Jayapura, Papua
Telp. 62 (0) 967-583462, Fax. 62 (0) 967-588189. 30th July 2005
Lord Browne of Madingley
Group Chief Executive
BP p.l.c.
1 St James's Square
London SW1Y 4PD. U.K.
Yth Tuan Browne,
Sebagai pemimpin gereja, saya harus berbicara untuk rakyat saya di Papua tentang perdamaian, keadilaan, kesamaan hak, kebenaran dan martabat umat manusia.
Tanah kami Papua diberikan kepada nenek-nenek moyang kami oleh Tuhan. Perusahaan anda, BP, telah datang ke Tanah kami karena anda mengetahui bahwa ada kekayaan dibawah tanah dan laut kami. Saya mengetahui bahwa anda, Tuan sendiri , juga telah mengunjungi tanah kami. Anda dan orang-orang dari perusahaan anda diterima untuk mengunjungi kami di Papua. Kami orang Papua bangga akan rakyat kami, adat kami dan tanah kami dan kami senang membagi apa yang kami miliki dengan sahabat-sahabat kami.
Tetapi atas nama rakyat saya, saya harus memberitahu anda bahwa jika anda mencintai sumber daya alam kami, anda harus pertama mencintai rakyat kami.
Orang-orang menanyakan saya "Dimana tempat yang disebut 'Tangguh'? dan saya harus memberitahu mereka bahwa tidak ada sungai, gunung, desa atau kota di Papua dengan nama itu. Diktator Indonesia, Suharto yang telah membunuh ribuan rakyat saya memberi nama itu pada proyek anda. Dalam bahasanya itu artinya "Semuanya kuat atau tak dapat dikalahkan", seperti dia berpikir kerajaannya akan seperti itu.
Ketika anda pertama mau mengambil sumber daya alamnya, mengapa anda tidak menanyakan kami, orang Papua, pemilik tanah itu. Kami tidak tahu mengapa anda pergi ke Jakarta untuk berunding dengan orang Jawa? Kami bukan bagian dari Indonesia. Nenek moyang kami, kakek dan nenek kami tidak bersal dari Jawa. Kami adalah orang Papua dan ini tanah kami.
Selama 42 tahun, bangsa Indonesia telah menjajah tanah kami, tetapi anda tahu bahwa kami bangsa Papua tidak mengundang mereka. Kami berusaha memberitahu dunia bahwa sama seperti tanah jajahan lainnya, kami menginginkan kemerdekaan; bahwa kami mau merdeka untuk menikmati tanah kami sendiri, tidak diatur oleh orang lain…. Tetapi dunia berbalik membelakangi kami. Penentuan Pendapat Rakyat tahun 1969 berlangsung tanpa halangan. Untuk kehinaan mereka selamanya, pemerintah-pemerintah Amerika, Belanda, Inggris dan Australia tetap bungkam pada saat darah rakyat saya mewarnai sungai-sungai kami menjadi merah darah.
Bendera Indonesia, Merah dan Putih hanya membawa kesengsaraan kepada rakyat saya; pembunuhan, kehancuran, pemerkosaan, penganiayaan, teror, dan kelaparan. Jepang juga menjajah tanah kami pada Perang Dunia ke II. Apakah BP telah juga pergi ke Tokyo untuk berunding dengan laksamana Tojo tentang Sumber Daya Alam Papua?
Jika anda mencintai sumber daya alam kami, anda pertama-tama harus mencintai rakyat kami.
Anda berargumentasi bahwa anda harus berunding dengan Jakarta karena pemerintah anda "mengakui integritas teritorial Indonesia" dan memberitahu anda bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia…. Tetapi anda tahu sendiri tentang kebenaran bagaimana Indonesia mencuri tanah kami. Tuhan telah memberikan anda pikiran anda sendiri. Anda dapat membuat keputusan-keputusan untuk diri anda sendiri tentang apa yang benar dan apa yang salah. Pada hari Penghakiman kita semua akan mempertanggungjawabkan pilihan-pilihan yang telah kita buat. Tuhan tidak akan menerima "Saya hanya mematuhi perintah" sebagai sebuah alasan untuk keterlibatan dalam pembunuhan.
Jika anda mencintai sumber daya alam kami, anda pertama-tama harus mencintai rakyat kami.
Website dan brosur-brosur anda menyebutkan bahwa segala sesuatu di "Daerah Proyek" luar biasa. Anda memberitahu kami bahwa anda telah membangun sebuah desa baru dan bahwa anda sangat berhati-hati untuk tidak merusak udang di laut kami. Anda menunjukkan foto anak-anak Papua yang sedang tersenyum….. tetapi anda tidak mengatakan bahwa diluar "Daerah Proyek" rakyat saya dibantai seperti babi oleh pemerintah yang sama yang mana anda bersama-sama menikmati minuman teh di Jakarta dan Jayapura. Apa yang memberi anda hak untuk membagi sebagian dari tanah kami terpisah dari yang lainnya dan mengatakan bahwa segala sesuatu di "daerah proyek anda" baik ? Tanah kami Papua adalah satu tubuh. Apa yang anda sedang berusaha untuk lakukan adalah memotong satu dari tangan kami dan menunjukkannya kepada dunia. Tidak, kami tidak akan membiarkan anda melakukan hal ini. Kami adalah satu bangsa. Baik Indonesia ataupun BP tidak dapat memisahkan kami.
Jika anda mencintai sumber daya alam kami, anda pertama-tama harus mencintai rakyat kami.
Anda juga mengatakan bahwa anda sangat berhati-hati tidak membiarkan militer Indonesia untuk melayani keamanan anda. Kami senang anda mengakui bahwa berbahaya membiarkan angkatan bersenjata pemerintah yang anda akui sebagai pemilik sah tanah kami untuk datang ke "daerah Proyek" anda. Kemungkinan anda pasti telah mengetahui semuanya bahwa militer Indonesia menghabiskan jutaan dolar setiap tahun untuk menyediakan "perlindungan" bagi perusahaan-perusahaan asing dan menutup mata bagi illegal logging dan perdangangan spesies langka? Kemungkinan anda juga mengetahui bahwa TNI memperkosa, menganiaya dan membunuh rakyat saya di seluruh Papua dan melatih milisi dan Jihad untuk melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan di Timor Timur?
Saya pikir anda tahu, seperti kami, apa telah yang Freeport lakukan? Pernahkah anda berada di Kota Timika, berkawan dengan agen-agen intelijen Indonesia, dengan tentara di setiap kilometer dan dimana orang papua, pemilik tanah itu, anya beruntung untuk mendapatkan pekerjaan mebersihkan sampah? Apa yang membuat anda begitu yakin bahwa anda dapat mencegah kesalahan-kesalahan Freeport? Kami tahu dari pengalaman bahwa anjing akan selalu menemukan muntahan untuk dimakan. Apakah anda suka atau tidak suka, dimana ada uang, TNI cepat atau lambat akan meraupnya. Mereka akan menciptakan sebuah"insiden", menuduh OPM dan kemudian memaksa bahwa mereka menyediakan "perlindungan" dengan sebuah harga yang sesuai bagi sebuah 'asset vital nasional'. Kami juga tahu dari pengalaman bahwa di Papua yang dijajah oleh Indonesia, dimana perusahaan asing beroperasi, rakyat kami menjadi terpinggirkan diatas tanah kami sendiri.
Anda mengatakan bahwa anda begitu berhati-hati untuk mencegah kesalahan-kesalahan Freeport, tetapi Saya harus katakan atas nama rakyat saya bahwa jika anda benar-benar peduli tentang kami orang Papua sebanyak seperti yang anda katakan, anda tidak akan mengambilo resiko yang begitu besar dengan kehidupan kami. Anda bagaikan seseorang yang pergi ke sebuah tempat yang berbahaya di sebuah kota besar dengan sebuah kotak penuh berisi dengan uang dan memberitahu setiap orang bahwa anda akan sangat berhati-hati untuk tidak akan membiarkan kumpulan perampok merampok anda. Alasan apa yang akan anda berikan ketika sudah sangat terlambat dan kumpulan perampok telah merampok uang anda dan menggunakannya untuk membeli senjata dan membunuh ribuan rakyat tidak berdosa di kota itu? Karena anda dapat membuat uang, anda siap untuk mengorbankan kehidupan rakyat saya. Saya mengerti bahwa didalam hukum Inggris anda, sebuah "sikap acuh tak acuh yang sembrono terhadap kehidupan orang lain" dikenal sebagai "pembantaian manusia".
Jika anda mencintai sumber daya alam kami, anda pertama-tama harus mencintai rakyat kami.
Sekarang anda mungkin terkejut mengetahui bahwa rakyat saya masih tetap mengatakan bahwa BP dan perusahaa-perusahaan asing yang lain sangat diterima di Papua…… tetapi anda harus tunggu sampai anda dapat berunding dengan perwakilan Papua yang terpilih secara demokratis, pemilik sah sumber daya alam kami. Saya bukan politisi tetapi saya tahu dari keputusan-keputusan Konggres Papua tahun 2000 bahwa bila anda menghormati kami sebagai manusia dan benar-benar memperhatikan tanah kami, anda akan berunding dengan teman-teman di di sebuah Papua merdeka.
Salam hangat,
Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua
c.c. Rt Hon. Jack Straw M.P., Foreign Secretary
Mr. Ian Pearson M.P., Foreign Office Minister
Rt Revd Richard Harries, Bishop of Oxford
Rt Hon. Andrew Smith M.P., Member of Parliament for Oxford East and Chair, All Party Parliamentary West Papua Group
Dr. Evan Harries M.P., Member of Parliament for Oxford West & Abingdon
Dr. Caroline Lucas M.E.P, Member of the European Parliament for South East England
Senator George Mitchell, Chair, TIAP (Tangguh Independent Advisory Panel)
Revd Herman Saud, Lord Hannay, Ambassador Siagian (TIAP members)
Published Date: 30-07-2005
Type: Report
References: British Petroleum (BP), Freeport McMoRan, Rio Tinto, Indonesia, West Papua / Papua, Copper, Gold.
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here