Jakarta (ANTARA) - Koordinator Kaukus Papua di Parlemen Indonesia memprotes pernyataan Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq yang menyatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama tidak perlu mencampuri urusan Papua.
"Pernyataan itu ngawur dan menyakiti nurani rakyat kaum Melanesia di Tanah Papua. Persoalan HAM berat dan masalah-masalah pembebasan warga Papua dari kemiskinan telah telanjur diketahui masyarakat dunia," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Paskalis Kossay yang juga mantan Wakil Ketua DPRD Provinsi Papua menambahkan, urusan HAM itu merupakan masalah universal, siapa pun bisa memberi kepedulian.
Karena itu, menurutnya, jika Barack Obama atau siapa saja dari warga internasional dan Amerika Serikat khususnya datang ke Tanah Papua, itu karena pelanggaran HAM di sana sangat tinggi.
"Makanya, konsern warga Amerika dan dunia termasuk Barack Obama jangan dihambat oleh pernyataan picik dan ngawur dari seorang Mahfudz Siddiq itu yang saya baca di beberapa media," tandasnya.
Paskalis Kossay yang juga anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar berniat melakukan adu argumentasi dengan Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera) tersebut terkait penanganan Papua.
"Dia jangan sok tahu soal Papua. Dia kira semua warga sipil Papua separatis, jadi seenaknya disiksa sebagaimana ditayangkan sebuah video, di mana ada oknum-oknum militer kita menyiksa rakyat Papua. Kita ini manusia juga yang tak layak disiksa seenaknya, dianiaya sadis, malah dibunuh," tegasnya.
Paskalis Kossay dan kawan-kawan dari Kaukus Papua di Parlemen Indonesia juga berniat mempersoalkan berbagai kasus penyiksaan dan penindasan warga sipil Papua dengan stigma separatis, padahal belum tentu demikian.
Mahfudz Siddiq harus pertanggung jawabkan dia puya kata2 itu yg dia lontarkan jangan lempar batu sembunyi tangan masalah di papua seluruh masyarakat dunia sudah tau jadi harus koreksi diri sedikit pak Mahfudz Siddiq.
ReplyDeletetanpa datangpun ke indonesia atau malah papua, obama tahu tentang soal di papua dan sesuatu yang terjadi di sana, anggota dewan itu sangat bodoh membayangkan otaknya sama dengan otak semua orang