Jakarta – LSM
pemerhati Hak Asasi Manusia, Elsham Papua memastikan pelaku dan
sejumlah saksi yang ditangkap dalam kasus aksi penembakan di Kampung
Nafri, Jayapura bukan dari kelompok separatis OPM.
Direktur Elsham Papua, Fery Marisan mengatakan, mereka yang ditangkap
polisi tidak berada di lokasi kejadian penembakan. Kata dia, mereka
adalah remaja SMA dan mahasiswa yang kerap melakukan aksi damai untuk
Papua. Dia menduga polisi merekayasa kasus agar para pelaku bisa
ditangkap dan dituduh sebagai kelompok separatis OPM. Hal tersebut
berdasarkan hasil investigasi Elsham dari laporan warga.
"Menurut kami, dari Elsham itu bukan sesuatu yang baru bagi petugas polisi di Papua.
Selalu saja menuding, dan membawa pelaku ke pengadilan, dan untuk
menuntut pelaku yang sebenarnya. Elsam lagi investigasi, kami juga
temukan bukti lain. Ada beberapa orang bukan orang papua, bisa kami
katakan mereka itu merupakan bagian dari penembakan itu.""Menurut kami, dari Elsham itu bukan sesuatu yang baru bagi petugas polisi di Papua.
Direktur Elsham Papua, Fery Marisan menambahkan, hasil investigasi akan dibeberkan pekan depan. Kata dia, investigasi yang dilakukan Elsham sangat berbeda dari keterangan kepolisian. Sebelumnya, polisi menangkap belasan anak SMA dan mahasiswa. Mereka dituding sebagai kelompok separatis OPM dan ikut bagian dari aksi penembakan di Kampung Nafri, Jayapura pada awal Agustus lalu. Dua dari belasan anak remaja tersebut, ditetapkan sebagai tersangka.
Dear Saudara-Saudara,
ReplyDeleteKasus ini perlu dikaji secara kritis agar advokasinya tepat.
Pertama, terjadi penangkapan yang memerlukan advokasi hukum untuk memastikan bahwa hak ke-13 saudara ini di mata hukum terjamin. Tidak terjadi pelanggaran HAM.
Kedua, tuduhan kepada mereka dikaitkan dengan penembakan di kampung Nafri yang potensial dikategorikan pada tindak kriminal. Apakah cukup tersedia bukti atas tuduhan ini, sekali lagi ini memerlukan advokasi litigasi.
Ketiga, laporan ini mengedepankan identitas gereja mereka sebagai warga Gereja Baptis. Implikasinya, Gereja Baptis perlu mengantisipasi trend yang dikembangkan untuk kriminalisasi institusi sosial. Menarik bahwa mereka yang ditangkap dengan dalih tindak kriminal ini berasal dari suku tertentu (kriminalisasi suku), gereja tertentu (kriminalisasi lembaga gereja) dan berkaitan di kampung tertentu yang bukan kampung asal suku pelaku (potensi pengembangan konflik horisontal antar suku).
Keempat, dapat diduga adanya skenario untuk penggembosan yg dikenakan penguasa kepada suku tertentu dan lembaga tertentu dengan skenario kriminalisasi. Apakah motif utamanya adalah penggembosan thd dinamika politik Papua yang hendak dikerdilkan menjadi dinamika kriminal?
regards,
Free WP
spirit of Papuan People's struggling