TNI Lakukan Pengejaran, Warga Sipil Mengungsi
Jayapura Voice Baptist -- Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi
Papua Merdeka (TPN-OPM) mengatakan telah
melakukan penembakan, Kamis, (21/2) lalu.
Dalam aksi penembakan terbesar dalam sejarah TPN-OPM di Papua itu menewaskan 8 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dan empat warga sipil yang berprofesi
sebagai tukang bangunan di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
Delapan anggota TNI yang ditembak adalah Sertu Ramadhan (Gugur), Pratu Edi (Gugur), Praka Jojo Wiharja (Gugur), Pratu Mustofa (Gugur), Praka Wempi (Gugur), Sertu Udin (Gugur), Sertu Frans (Gugur), Pratu Wahyu Prabowo (Gugur), dan Lettu
Inf Reza (Luka Tembak).
Sementara warga sipil atas nama Di
Yohanis, Uli, Markus, dan satu
lagi belum diketahui identitasnya. Sementara, warga sipil yang terluka yakni
Joni, Ronda, Rangka dan Santin.
Staf Khusus Panglima
Tinggi TPN-OPM Gen.Goliath Tabuni di Puncak Jaya mengatakan, penembakan 8
anggota TNI adalah sikap TPN-OPM. Ia menolak namanya disebutkan.
Ya, penembakan itu
sikap TPN-OPM. TPN-OPM bertanggung jawab. Kami tembak untuk mengusir mereka
dari wilayah kami. Kami merdeka, kau apa, kata NE emosional.
Ia menjelaskan,
Tingginambut dan Papua Barat adalah tanah kami. Siapa bilang datang ganggu
kami. Ini wilayah kami. Kami sudah mengirimkan surat resmi kepada TNI. Dalam surat, kami bilang jangan bangun pos di wilayah kami. Mereka
tidak dengar, katanya.
Tetapi, kata dia,
penembakan itu bukan sekedar alasan bangun pos. Kami Semua tau to. Goliat
telah dilantik menjadi Panglima Tinggi TPN-OPM pada 11 Desember 2012 di
Tingginambut. Pelantikan telah sesuai dengan Konferensi Tingkat Tinggi TPN-OPM
di Biak pada 1-5 Mei 2012. Goliat melawan untuk memperoleh hak politik. Kami menolak
tawaran apa pun, kecuali Papua Merdeka, kata NE.
Sumber majalahselangkah.com yang tiba dari
Puncak Jaya di Nabire, Jumat, (22/2) memberikan keterangan agak berbeda.
Ia menjelaskan, untuk
kasus yang di Sinak, para tukang itu sempat dihadang oleh anggota TPN-OPM di
jalan. Lalu, TPN-OPM meminta barang yang mereka bawa. Tetapi, dikatakan, barang
itu tidak diberi.
Akhirnya, TPN-OPM
menembak mati 4 orang itu. Lalu, TNI yang berjaga segera datang ke tempat
kejadian. Saat anggota TNI itu tiba di tempat, TPN-OPM telah bersembunyi di
tempat kejadian.
Ketika beberapa
anggota TNI tiba di tempat dengan senjata lengkap, TPN-OPM yang telah
bersembunyi itu menembak dan mengakibatkan beberapa anggota tewas.
Kata sumber itu,
saling kejar terjadi tetapi TPN-OPM lari ke hutan. Ia menjelaskan,
penembakan-penembakan masih terjadi karena TNI terus kejar dan warga semua
mengungsi.
SBY
Rapat Mendadak, OPM Dikejar
Terkait penembakan itu, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membatalkan kunjungannya ke Desa Dawuhan, Karawang, Jumat pagi. Ia menggelar rapat kabinet terbatas membahas penembakan
di Papua.
Dikabarkan, hasil pertemuan itu adalah presiden
sebagai Panglima Tertinggi memerintahkan mengejar para pelaku. Menindaklanjuti
perintah presiden, Menteri
Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto
memerintahkan aparat TNI dan Polri untuk mengejar pelaku.
Seperti dilangsir, Vivanews, Kamis (21/2), dalam Konferensi Pers yang digelar di kantornya, Djoko mengatakan ia telah perintahkan mengejar pelaku. Saya telah perintahkan Pangdam dan Kapolda untuk segera koordinasi, sinergikan untuk kejar dan proses hukum bagi siapa pun yang terlibat, kata dia.
Seperti dilangsir, Vivanews, Kamis (21/2), dalam Konferensi Pers yang digelar di kantornya, Djoko mengatakan ia telah perintahkan mengejar pelaku. Saya telah perintahkan Pangdam dan Kapolda untuk segera koordinasi, sinergikan untuk kejar dan proses hukum bagi siapa pun yang terlibat, kata dia.
Ia juga mengatakan,
Kepolisian dan TNI akan melakukan evaluasi mendalam SOP (standard operating procedure).
Kata dia, evaluasi akan dilakukan pada prosedur kegiatan anggota TNI/Polri di
luar pos serta jumlah persediaan peralatan dan pasukan yang memadai sesuai
dengan tingkat kerawanan wilayah.
Soal kemungkinan Operasi Militer, Kamis (21/2) malam di
MetroTv, Kepala Pusat Penerangan
(Kapuspen) Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, operasi militer tergantung
keputusan panglima tertinggi yaitu presiden.
Ia juga mengatakan, belum ada penambahan kekuatan
dari Mabes TNI ke Papua. Namun, ia membenarkan adanya penambahan kekuatan dari
Kodam Cendrawasih ke Puncak Jaya.
Belum dipastikan, apakah TNI akan mengoperasikan Helikopter Cangih yang dibeli di Amerika Serikat seharga $ 1,5 Billions di waktu lalu
atau bukan dalam pengejaran TPN-OPM.
Seperti dilangsir wpnla.net, TPN-OPM mengatakan kesiapannya jika TNI dan
Polri mengejar mereka.
Komandan Murib bilang kalau anggota TNI dan BRIMOB berusaha kejar
kami, berarti kami siap tembak dan pasukan TPN-OPM tidak akan mundur, TPN akan
bertahan terus dan lawan TNI/POLRI,
pungkasnya.
Warga Mengunsi ke Gereja
Warga Puncak Jaya, Simon mengatakan, saat ini warga
mengunsi ke gereja. Kata dia, lain lagi telah lari bersembunyi ke hutan. Kami
ada di Gereja. Banyak yang lari ke hutan,kata Simon.
Ae, di sini banyak tentara. Mereka datang terus.
Kami ketakutan. Kami takut anak-anak kecil di sini sudah mulai kelaparan, kata
Simon siang ini.
Pendeta Dorman Wandikbo juga mengatakan, jemaat dari Gereja Gidi di Tingginambut,
Puncak Jaya mencari tempat aman. Ini karena upaya penyisiran terhadap pelaku
penembakan segera dilakukan pada malam menjelang subuh di kampung-kampung
masyarakat.
Kata Dorman Wandikbo penyisiran
ini mencemaskan. Penyisiran yang dilakukan pihak
TNI akan membabi buta dan menjatuhkan korban dari sisi sipilnya tanpa ada
yang mengendalikan.
Kata Simon, kalau warga sipil yang mati pun penyisiran dilakukan dengan penangkapan dan penyiksaan. Inikan
TNI yang ditembak. Dalam peristiwa ini, korban
yang jatuh dari pihak TNI. Kami sangat bahaya,kata Simon.
Sementara itu, Forum
Komunikasi Mahasiswa Papua Semarang (FORKOMPAS), Jumat, (21/2)
meminta SBY untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam
tangani konflik di Papua.
Aktivis FORKOMPAS
Bernardo Boma kepada majalahselangkah.com
mengatakan, jumlah korban banyak dan pertama kali terjadi tetapi ini bukan
masalah baru di Papua. Korban banyak untuk yang kali ini tetapi masalah Papua
itu bukan masalah baru, katanya.
Maka, ia harapkan SBY
bijaksana dalam selesaikan masalah. Pendekatan militer tidak akan selesai.
Kami yakin ini akan terjadi operasi besar-besaran di Puncak Jaya. Kami tidak
tahu berapa banyak warga sipil yang akan ditahan, disiksa dan akan bubuh di
hutan dan kota, katanya.
Ada
Ketidakpuasan Status Politik Papua
Sekretaris Pokja Adat,
Majelis Rakyat Papua (MRP), Yakobus Dumupa mengatakan,
penembakan ini harus dipahami sebagai wujud dari
adanya persoalan status politik Papua dalam NKRI yang belum pernah diselesaikan
dengan baik.
Bahkan, kata dia, oleh
kebanyakan orang Papua dinilai banyak kejanggalan dan manipulasi dalam
pelaksanan PEPERA tahun 1969.
Penyerangan di Tingginambut ini dan
penyerangan-penyerangan sebelumnya yang dilakukan oleh pihak TPN-OPM sesungguhnya merupakan wujud
dari ketidakpuasaan terhadap status politik wilayah Papua di dalam NKRI,kata
dia.
Ia meminta, semua
pihak tidak menyederhanakan dan menyempitkan masalah tersebut menjadi
semata-mata masalah separatisme bersenjata, karena sikap yang seperti ini
justru akan semakin menyuburkan gerakan perlawanan rakyat Papua terhadap
Pemerintah Indonesia.
Untuk itu, Yakobus menyarankan alangkah baiknnya kedua belah pihak duduk
bersama dan saling membuka diri membicarakan status politik Papua dalam NKRI
secara jujur dan bermartabat.
Jangan sekali-kali
menyembunyikan segala fakta sejarah dan fakta hukum berkaitan dengan proses
integrasi Papua ke dalam NKRI. Karena sesungguhnya kejujuran seperti itulah yang
justru akan menyelesaikan masalah secara mendasar dan segala bentuk kekerasan
dapat dihentikan, kata dia.
Kata dia, kalau tidak duduk dan bicara sama-sama, maka kekerasan bersenjata di Papua, baik
yang dilakukan oleh pihak TPN/OPM maupun pihak TNI dan POLRI tidak akan pernah
berhenti.
Dari waktu ke
waktu nyawa akan terus melayang di kedua belah pihak. Dan jika itu yang
terjadi, maka sesungguhnya kita semua gagal menghormati nilai kemanusiaan dan
menghormati Allah yang menciptakan manusia, maka sudah tentu kita tidak punya
peluang untuk hidup di surga kelak, kata dia.
Berhenti
Perang Kedepankan Kemanusiaan
Wakil Ketua DPRD Papua
Barat Jimmy Demianus Ijie, meminta pemerintah tidak menjadikan Papua sebagai
tempat bertempur.
"Tolong jangan
jadikan Papua tempat bertempur, tapi berikan kami kedamaian," kata Jimmy
di Ruang Pimpinan DPD, Jakarta, seperti dilangsir, tribunnews.com, Jumat (22/2)
.
Jimmy menuturkan,
rakyat Papua belum pernah merasakan kemerdekaan Indonesia. Yang ada, papar
Jimmy, nyawa warga Papua terus melayang.
Aktivis Hak Asasi
Manusia (HAM), Yones Douw mengatakan, Tingginambut adalah wilayah perang maka mestinya militer di sana harus
siaga.
Di atas (Tingginambut:red), adalah wilayah
perang. Aparat tidak siaga, katanya.
Kami sebagai pekerja
HAM meminta kepada aparat untuk kedepankan kemanusiaan dan nilai-nilai HAM
dalam pengejaran pelaku. Kami sangat khawatir dengan masyarakat sipil,
kata dia.
Kata dia, berdasarkan
pengalaman di masa lalu, aksi pembalasan seringkali terjadi pembakaran,
penangkapan dan penganiayaan warga sipil.
Saya harap OPM dan Tentara silakan baku cari
tetapi jangan masyarakat yang jadi korban, kata dia.
Sementara, tokoh gereja Papua, Benny Giay menilai opsi pemberlakuan
operasi militer dan penambahan anggota TNI untuk mengatasi kekerasan di Papua
hanya menambah panjang daftar korban dan merugikan masyarakat sipil.
Kata dia, pemerintah Pusat (Jakarta:red) seharusnya membuka diri untuk
melakukan penyelesaian akar masalah di Papua secara bermartabat, bukan menambah
anggota militer.
Keluarga
Korban dan Danyon 753 ke Jayapura
Sore ini, Sabtu,
(23/1) ketika majalahselangkah.com
mendatangi Batalyon 753 Nabire untuk meminta keterangan mendalam tetapi tidak mendapatkan informasinya Karena, kata beberapa
Provos Danyon tidak memberikan izin untuk memberikan keterangan kepada
siapapun, termasuk ke Pers soal korban
dari Batalyon 753.
Mereka
mengatakan, Danyon telah berangkat ke
Jayapura kemarin, (Jumat, 22/2) dengan membawa
serta kekluarga korban. Mas, kami tidak
bisa berikan keterangan apa pun. Tunggu
saja nanti saat jenazah dibawa ke Nabire dari Jayapura, kartanya.
Dikabarkan, beberapa
keluarga korban menghendaki keluarga
mereka yang tertembak dibawa ke Nabire. (GE/MS)
Sumber: Majalah Selangkah
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here