Aktivis pro kemerdekaan Papua, Mako Tabuni diduga dibunuh untuk
meredakan ancaman konflik antar masyarakat di Papua. Komnas HAM didesak
menyelidiki kasus ini dengan serius dan menemukan motif penembakan
sebenarnya.
Foto: VHRmedia/Kurniawan Tri |
VHRmedia, Jakarta– Pembunuhan Wakil Ketua Komite
Nasional Papua Barat (KNPB), Mako Tabuni diduga untuk meredakan ancaman
konflik penduduk asli dan pendatang di Papua. Mako Tabuni dituduh
terlibat serangkaian penembakan misterius di Papua selama awal Juni
2012.
Sekjen Forum Kerjasama (Foker) LSM Papua, Septer Manufandu mengatakan
korban penembakan misterius awal Juni lalu kebanyakan warga pendatang.
Hal itu memicu kemarahan warga pendatang yang mengaku akan melampiaskan
kemarahan jika kembali terjadi penembakan.
Aparat keamanan yang gagal menemukan pelaku penembakan, kemudian dengan
serampangan mengarahkan tuduhan kepada kelompok pro kemerdekaan Papua.
”Agar kemarahan masyarakat pendatang tidak mengkristal, Mako jadi
tumbalnya. Setelah Mako ditembak tidak ada lagi penembakan kecuali di
Freeport,” kata Septer di kantor Komnas HAM, Selasa (26/6).
Menurut Septer, polisi setempat mengaku sudah 3 bulan mengawasi Mako
Tabuni karena berasal dari kelompok pro kemerdekaan. Sebelum terjadi
serangkaian penembakan orang tidak dikenal, Mako bebas berkegiatan
bahkan sempat melakukan konferensi pers. ”Ketika kondisinya mencekam,
tiba-tiba Mako dimatikan dengan cara sesingkatnya. Setelah itu muncul
dugaan seolah-olah dialah dalang penembakan yang terjadi selama ini,”
ujar Septer.
Hasil investigasi Foker LSM Papua tidak menemukan bukti Mako Tabuni
melawan atau merebut senjata polisi ketika akan ditangkap. Polisi juga
tidak melakukan autopsi terhadap jenazah Mako.
”Hingga saat ini tidak ada keterangan medis. Menurut dokter yang kami
temui, ada serpihan besar di bagian kepala. Semua tembakannya mematikan,
bukan melumpuhkan. Ada juga (luka tembakan) di perut yang tembus,” kata
Septer.
Koordinator Kontras, Haris Azhar meminta Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia lebih agresif dan menegaskan keberpihakannya kepada warga Papua.
”Pasca Kapolri, BIN dan Menkopolhukam datang ke Papua, kekerasan tidak
berhenti. Komnas HAM harus membangun sistem proteksi pencegahan
kekerasan. Komnas HAM punya modal untuk itu,” ujar Haris.
Komisioner Komnas HAM, Ridha Saleh mengaku timnya masih melakukan
investigasi terkait penembakan Mako Tabuni. ”Pada saatnya kami akan
publikasikan hasil investigasinya. Saat ini tim masih bekerja,” katanya.
(E1)
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here