Photo Protes KontraS / SP |
Jakarta — Puluhan massa aksi “bayaran”
pemerintah yang menamakan diri dari Front Pembela Merah Putih (FPMP),
siang tadi, Selasa (11/6/2013) melakukan aksi demonstrasi di depan
Kantor KontraS, Menteng, Jakarta Pusat, menolak keberpihakan KontraS
terhadap gerakan separatisme di tanah Papua.
Pantauan suarapapua.com, massa aksi yang dipimpin langsung oleh Kordinator Aksi FPMP, Dahlan Wattiheleuw, awalnya melakukan long march
dari Tugu Proklmasi melintasi jalan Borobudur yang tak jauh dari Kantor
KontraS, sambil terus berorasi mengeluarkan kata-kata kecaman dan
hinaan terhadap KontraS.
“Kami menolak cara-cara itu, kami datang untuk menyampaikan sikap
penolakan terhadap langkah-langkah KontraS yang dukung aksi separatisme
di Papua,” ujar Kordinator aksi, yang juga pria berdarah Maluku
tersebut.
Usai puas berorasi di depan Kantor KontraS, massa juga memaksa aparat
kepolisian agar membuka pintu gerbang kantor KontraS agar dapat
menyampaikan sikap mereka di dalam Kantor KontraS yang terdapat beberapa
staf dan pekerja KontraS, termasuk beberapa mahasiswa Papua.
“Kantor ini juga digunakan KontraS untuk melindungi anak-anak Papua
dan orang-orang asing, kami mengecam cara-cara itu,” ujar salah satu
orator yang kebetulan melihat sejumlah mahasiswa Papua, termasuk
beberapa warga negara asing yang sedang magang kerja di Kantor KontraS.
Untuk menghindari aksi brutal dan anarkis massa yang didominasi oleh
waga berdarah Maluku, Kordinator KontraS, Haris Azhar langsung
menginjinkan beberapa perwakilan massa aksi untuk masuk dan berbicara di
dalam Kantor KontraS secara santun dan bermartabat.
Dalam pernyataan sikapnya yang dibacakan oleh salah satu warga asli
Papua, yang mengaku bernama Martin, FPMP dengan tegas menolak advokasi
KontraS yang dinilai sering mengecam pemerintah, dan terkesan mendukung
gerakan separatism di tanah Papua dengan berbagai statemen di media
massa.
Haris Azhar, Kordinator KontraS yang menerima empat orang perwakilan
pendemo menjelaskan, keliru dan salah jika FPMP menilai KontraS
mendukung gerakan separatism di Papua, sebab saat TPN/OPM menembak
tentara di Kabupaten Puncak Jaya dan Puncak Papua, KontraS juga mengecam
tindakan tersebut.
“Kami mengutuk kekerasan dan pelanggaran HAM, baik yang dilakukan
oleh TPN/OPM dan aparat TNI/Polri, jadi keliru kalau KontraS dianggap
membela dan mendukung gerakan separatism. Kami ajak teman-teman yang
berdemo untuk datang ke KontraS, ikut diskusi, dan belajar disini jika
ingin memahami langsung apa yang dikerjakan KontraS,” ujar Hariz dengan
santun.
Haris juga mengatakan, selama ini KontraS hanya mendukung penegakan
hukum dan hak asasi manusia di Papua dengan mengecam tindakan-tindakan
kekerasan yang dilakukan aparat militer terhadap warga sipil.
Mantan Kordinator KontraS, Usman Hamid menambahkan keliru jika
KontraS dinilai membela dan mendukung gerakan separatisme di tanah
Papua, sebab KontraS bukan hanya membicarakan permasalahan di tanah
Papua, namun bicara juga untuk penegakan hukum dan HAM di seluruh
Indonesia.
Terkait kehadiran satu orang mahasiswa Papua dalam aksi demonstrasi
yang menamakan diri perwakilan mahasiswa Papua, langsung mendapat
penolakan dari Ketua Mahasiswa Papua asal Kabupaten Tolikara di Jakarta,
Sony Wanimbo.
Menurut Wanimbo, mahasiswa tidak pernah memberikan rekomendasi,
menunjuk, atau meminta seorang mahasiswa yang mengaku bernama Martin
untuk mengecam kinerja KontraS yang dinilai selama ini sangat membantu
penegakan hukum dan HAM di tanah Papua.
“Kami tidak kenal anak mahasiswa tadi. Sangat keliru dan salah jika
menamakan mahasiswa Papua dan mengecam KontraS, kami sangat mendukung
kerja-kerja KontraS selama ini. Jadi, jangan sebut mahasiswa Papua
mendukung aksi demo tersebut,” ujar Wanimbo.
Wanimbo justru menilai, beberapa mahasiswa asal Papua, termasuk
Martin yang diundang dalam aksi tersebut merupakan massa aksi bayaran
dari pemerintah untuk menghancurkan reputasi KontraS yang selama ini
dikenal sangat baik, dan membantu seluruh rakyat Indonesia, termasuk
Papua.
0 Komentar Anda:
Post a Comment
Your Comment Here